Jajajaja. gue kembali lagi. Kali ini gue akan membahan tentang kota kelahiran gue nih secara detail guys. ya kota Banyuwangi...
Banyuwangi, kota yang di apit oleh pesisir pantai dan gunung-gunung juga d kelilingi alas angker dan perindustrian.
Banyuwangi Kota Santet
Banyuwangi dulunya emang di kenal sebagai kota SANTET. Karna pernah dulu ada kejadian di waktu gue masih kecil tahun 1994-2002 kemunculan dukun santet atau pengguna sihir yang skian lumayan banyak. Tetapi tidak terbukti jika mreka adalah dukun yang suka menyantet orang. Ya namanya juga ilmu sihir mna bisa nyangkut sama ilmu Hukum ya :D
Dan pada tahun 1997 munculah seorang pembunuh yang di sebut dengan ninja yang meresahkan masyarakat Banyungi. Awalnya "NINJA" ini hanya membunuh para dukun saja. tetapiu lama kelamaan para alim ulama juga menjadi sasaran mereka dan masyarakat biasa juga ikut terlibat. karna itulah masyarakat Banyuwangi jadi enggan untuk keluar setelah jam 17.00 WIB karna takut. tetapi pada tahun 2002 semua keresahan masyarakat akhirnya reda karna tidak ada lagi kabar pembunuhan ninja. Kata para pemerintah atau orang-orang besar itu ada kaitannya dengan politik. Ya tapi gue sih cuek ya. Gak baik juga seudzon gitu. Tapi tenang guys, walapun Banyuwangi dulunya di kenal dengan kota santet, sebenarnya orang banyuwangi itu ramah-ramah dan baik-baik kek gue gini loh :D
And sorry guys gue cuma mendiskripsikan cuma segitu doang. ya pastinya kalian tahu lah alasannya. ya selanjutnya:
Banywuangi kota pisang
Banyuwangi pernah di kenal sebagai kota pisang. Sebutan ini bermla dengan banyaknya tanaman pisang di Banyuwangi sekitar tahun 1980-an. Pada saat itu penduduk Banyuwangi banyak yang menanam pohon pisang di perkarang rumah maupun kebun miliknya.Salah satu pisang Banywuangi yang populer adalah pisang sobo, yang di daerah lain disebut pisang kapok atau pisang kapuk.
Banywuangi Lumbung Padi
Prestasi Banyuwangi sebagai wilayah produsen padi sudah teruji. Jika Jawa timur sebagai lumbung padi nasional, karena tercatat sebagai provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia sebanyak 1,1 juta ton , maka Banywuangi adalah lumbung padi Jawa Timur. Bahkan sumbangsih produksi beras dari Banyuwangi cukup signifikan dalam menyokong persediaan beras nasional.
Banyuwangi kota Bahari
Sebutan sebagai kota bahari juga pantas disandang Banyuwangi. Hal ini didukung oleh fakta-fakta berikut :
1. Banyuwangi memiliki garis pantai sepanjang 175,8 Km yang membentang dari timur hingga ke selatan, yaitu antara Kecamatan Wongsorejo hingga Kecamatan Pesanggaran, yang merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan industri dan pariwisata.
2. Banywuangi memiliki sejumlah pantai yang terkenal dengan keindahan dan keunikannya. misal pantai Plengkung yang disukai para peselancar profesional karena ombaknya yang berkelas dunia, begitu juga dengan Pantai Pulau Merah yang tekstur pantai dan gelombangnya tidak kalah menawan, juga ada penangkaran penyu di Suka made, dan berbagai keindahan dan keunikan pantai lainnya.
3. Keberadaan Muncar sebagai daerah penghasil ikan terbesar kedua di Indonesia setelah Bagan siapi-api di Sumatra Utara. Dan bahkan ada yagn mengatak telah melebhi Bagan siapi-api. Dah kebayang kan jika Banywuangi menjadi penghasil ikan terbesar se Indonesia.
4. Banywuangi juga memiliki tambak udang seluas 1.380 hektare dengan produksi 10 ton pertahun, yang mencukupi 30% dari kebutuhan Jawa Timur.
5. Banywuangi juga identik dengan kuliner seafoodnya. salah satunya pantai Blimbingsari yang terkenal dengan sajian ikan bakarnya. Belum lengkap jika ke Blimbingsari belum menyantap hidangan ikan bakarnya. heheh !!!!
Banywuangi kota petualang
Banyuwangi adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang terdapat 3 Taman Nasional di wilayahnya. yaitu Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Meru Betiri, dan Taman Nasional Baluran. seacra geografis Banyuwagi juga memiliki potensi alam yang lengkap: di sebelah barat terdapat gugusan pegunungan ijen, laut selat bali di sebelah TImur, hutan belantara di sisi selatan dan utara. Kondisi tersebut menunjukan kekayaan alam Banyuwangi yang luar biasa.
Banywuangi Ijo Royo-Royo
Banywuangi Ijo Royo-Royo (BIRR) adalah suatu program penghijauan dari Pemkab Banyuwangi di bawah pimpinan Bupati Ratna yang sekarang telah Tergeserkan oleh Bupati Anas yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan yang bersih dan hijau.
Bumi Blambangan
Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kerajaan Blambangan, Karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerjaan yang semasa dengan kerjaan Majapahit bahkan 2 abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerjaan paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah Kerajaan yang paling akhir ditaklukan penjajah Belanda di Pulau Jawa.
Banyuwangi Kota Gandrung
Gandrung adalah kesenian tari yang sangat populer di Banyuwangi. kata "Gandrung" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.
Tari Gandrung lahir dan tumbuh pesat di Banyuwangi. di sekolah-sekolah tarian ini diajarkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, begitu juga di masyarakat banywak sanggar-sanggar tari yang melestarikannya. Tari Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, petik laut, khitanan, tjuhbelasan, dan acara-acara resmi maupun tka resmi.
Banyuwangi kota Oseng
Banyuwangi yang memiliki topografi yang unik dan penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yang secara dominan membentuk stereotype karakter Banyuwangi, yaitu Jawa Mataraman, Madura – Pandalungan (Tapal Kuda) dan Osing. Meskipun secara proporsi bukan merupakan penduduk mayoritas, suku osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Orang-orang Osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali). Keberadaan budaya dan kesenian suku osing mendapat mendapat tempat di hati masyarakat, tumbuh subur dan terus berkembang di Banyuwangi sampai sekarang. Dalam berbagai acara budaya dan pariwisata, seni dan budaya Osing selalu ditampilkan sebagai salah satu bagian pertunjukan. Bahasa osing pun banyak digunakan dalam pergaulan sehari-hari, bahkan oleh mereka yang bukan keturunan osing sekalipun. Berdasarkan data tahun 1987, dari jumlah 175 Desa/Kelurahan di Kabupaten Banyuwangi, 94 diantara penduduknya menggunakan bahasa Osing.
Ini menunjukkan bahwa suku osing dan budayanya telah diakui dan diterima sebagai elemen khas orang Banyuwangi. Banyak generasi muda Banyuwangi yang dengan bangga menyebut dirinya sebagai Laros, lare osing, sebagai identitasnya. Barangkali sebuah kebanggaaan yang sama seperti halnya orang Malang yang menyebut dirinya Arema.
Banyuwangi Kota Santet
Banyuwangi, predikat sebagai kota santet ini yang paling menimbulkan kontroversi. Suka atau tidak, sebutan ini masih melekat di dalam benak orang di luar Banyuwangi. Bahkan pada sebagian orang Banyuwangi sendiri. Misalnya dengan mengabadikan dalam tulisan The Santet Java pada kaos oblong. Label sebagai kota santet bermula dari peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet atau yang dikenal luas masyarakat dengan "Tragedi Santet" Tahun 1998.
Akibat peristiwa itu Banyuwangi pun populer disebut sebagai Kota Santet, yang berdampak sangat merugikan citra masyarakat Banyuwangi secara keseluruhan. Stigma negatif pun menjadi melekat pada setiap orang Banyuwangi. Dengan sebutan yang menakutkan itu, secara psikologis membuat orang menjadi takut pergi ke Banyuwangi. Begitu juga bagi orang Banyuwangi yang merantau di luar daerahnya, keberadaannya sering menimbulkan sikap curiga dari orang di sekelilingnya ketika mengetahui asal daerahnya.
Peristiwa kelam itu sudah lama berlalu namun kesan dan sebutan Banyuwangi sebagai kota santet masih bertahan sampai sekarang. Hal ini seakan-akan menggambarkan bahwa penggunaan ilmu santet dainggap wajar dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan bermasyarakat di Banyuwangi sehari-harinya.
Meskipun harus diakui santet itu memang ada di tengah masyarakat Banyuwangi, namun orang luar sering salah kaprah dalam memahami santet Banyuwangi dengan hanya mengaitkan dengan ilmu sihir.
Padahal ilmu santet dalam masyarakat Banyuwangi yang lebih banyak berkembang adalah ilmu santet yang berkaitan dengan pengasihan, yaitu cara bagaimana menimbulkan rasa simpati orang lain kepada yang menggunakan jasa ilmu tersebut. Bukan jenis santet merah yang bertujuan melumpuhkan orang secara fisik dan batinnya, atau santet hitam yang bertujuan menghilangkan nyawa orang lain. Dan yang lebih penting, penggunaan santet hanya dilakukan sebagian kecil orang, dan bukan merupakan kebiasaan atau budaya orang Banyuwangi. Bahwa ada sebagian masyarakat Banyuwangi yang akrab dengan dunia santet, itu tidak mewakili tipikal keseluruhan masyarakat Banyuwangi.
Di sisi lain, kita juga tidak boleh menutup mata bahwa yang namanya santet itu di Indonesia juga banyak terdapat di berbagai daerah lain. Karena itu penyebutan kota santet untuk kota seindah Banyuwangi sangat tidak tepat, tidak beralasan, dan tidak seharusnya digunakan lagi, karena tidak ada manfaat yang diperoleh.
The Sunrise Of Java
Ini adalah sebutan baru untuk Banyuwangi. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggunakan tagline baru tersebut untuk mempromosikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata. Sebutan ini menggambarkan bahwa Banyuwangi merupakan tempat terbitnya mentari pagi pertama di Pulau Jawa. Di saat orang-orang di kota lain di pulau jawa masih terlelap dalam tidurnya, masyarakat Banyuwangi sudah menikmati hangatnya sinar mentari pagi. Letak Banyuwangi yang berada di ujung paling timur Pulau Jawa, sangat pas dengan dengan jargon ini. Karena tidak ada satu pun daerah lain di Pulau Jawa yang bisa mengklaimnya selain Banyuwangi. Di belahan dunia mana pun, spot terbaik dan paling favorit untuk melihat sunrise atau matahari terbit adalah pantai atau pegunungan. Selain memiliki Gunung Ijen, Banyuwangi yang memiliki garis pantai terpanjang di Jawa Timur ini, menjanjikan banyak pilihan spot untuk melihat sunrise. Banyak tempat strategis untuk melihat sunrise di Banyuwangi, diantaranya pantai Cacalan, pantai boom, G Ijen, pantai Bama di Taman Nasional Baluran, pantai Grajagan, dan gunung Ijen.
Banyuwangi Kota Kopi
Dari semua julukan untuk Banyuwangi, mungkin yang masih belum banyak diketahui dan perlu banyak sosialisasi adalah sebutan Banyuwangi Kota Kopi. Banyuwangi sebagai Kota Kopi bukanlah sebutan yang mengada-ada. Ada berbagai alasan yang kuat untuk mengukuhkan sebutan Kota Kopi untuk Banyuwangi, diantaranya : 1. Banyuwangi dikenal sebagai daerah penghasil kopi berkualitas tinggi. Kopi Banyuwangi telah diakui sebagai salah satu kopi terbaik di dunia. Kualitas kopi Banyuwangi berada di peringkat 4 setelah Jamiaca, Hawai dan Toraja. Pada ajang Miss Coffee International 2012 yang berlangsung di Bali, para peserta yang berasal dari seluruh dunia diajak berkunjung ke Banyuwangi untuk mengenal kopi Banyuwangi. Mereka belajar menyangrai dan meracik kopi di desa Kemiren, dan meninjau perkebunan kopi di lereng gunung Ijen. Dipilihnya Banyuwangi karena dianggap memiliki kopi Robusta dan Arabica dengan kualitas rasa yang unik untuk dikenalkan kepada dunia. Ini menunjukkan bahwa kopi banyuwangi, selain mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, juga memiliki kualitas yang baik
2. Kopi Banyuwangi memiliki cita rasa yang khas dan unik, terutama kopi yang dihasilkan dari perkebunan yang berada di sisi timur dan sisi barat Gunung Ijen. Kopi yang dihasilkan antara sisi barat dan timur Gunung Ijen memiliki rasa yang berbeda. Perkebunan di sisi Timur menghadap laut dipengaruhi angin laut dan mendapat sinar matahari yang lebih banyak, sehingga kadar garamnya tinggi. Sebaliknya perkebunan di sisi barat dipengaruhi oleh angin gunung. Namun keduanya menghasilkan kopi yang sama enaknya dan bercita rasa tinggi.
3. Budaya minum kopi telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Banyuwangi. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya cafe, baik yang berupa kedai kopi/coffee shop maupun keberadaan warung kopi kaki lima yang tersebar di semua daerah/kecamatan Banyuwangi.
4. Menurut data, produksi kopi Banyuwangi yang merupakan komoditas eksport yang diusahakan oleh perkebunan besar / negara / swasta seluas 5.445 Ha dengan produksi 3.065 ton, sedang perkebunan rakyat seluas 5.138 Ha dengan produksi sebanyak 3.667 ton, dengan varietas / klon robusta, yang diusahakan pada ketinggian sampai 700 meter diatas permukaan laut, sedang pada daerah diatas 700 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut diupayakan untuk klon arabika. Sumber lain menyebutkan, pada tahun 2006 komoditas kopi Banyuwangi yang berada di dalam kawasan hutan produksi menghasilkan kontribusi sebesar 10.643 ton atau setara dengan Rp 247.230.000.
5. Untuk memperkenalkan potensi Banyuwangi sebagai penghasil kopi terbesar di Jawa Timur kepada masyarakat luas, pada 10 Desember 2011 diadakan Festival Sangrai Kopi masal di jalanan desa Kemiren sepanjang 1 km yang diikuti 270 peserta. Kegiatan tersebut tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Rekor Menyangrai Kopi Terpanjang dan Terbanyak di Indonesia.
Fakta pendukung lain yang memperkuat positioning Banyuwangi sebagai Kota Kopi adalah adanya tradisi yang disebut MANTEN KOPI di lingkungan perkebunan kopi, khususnya di PTP Nusantara XII, Kebun Kaliselogiri, Kalipuro, Banyuwangi.
Di awal musim giling kopi di di PT Perkebunan Nusantara XII Kebun Kaliselogiri, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi ada aktifitas yang disebut RITUAL MANTEN KOPI sebagai wujud panjatan doa masyarakat kepada Tuhan YME, supaya selama proses giling dijauhkan dari berbagai marabahaya serta diberi limpahan rezeki.
Prosesi manten kopi ini mempertemukan biji kopi “wedok” atau perempuan (terbelah) dengan kopi “lanang” atau laki (bundar).Pertemuan sampel biji kopi wedok dengan biji kopi lanang tersebut diwujudkan dalam bentuk kontrak atau janji antara asisten tanaman (kepala afdeling) dengan manajer kebun yang dulu lebih akrab disapa dengan administrator (adm).
Sebagai kepala afdeling punya tanggung jawab moral kepada manajer kebun supaya terus menjaga kualitas dan kuantitas biji kopi yang dipanen dari kebun yang berada di lereng Gunung Ijen tersebut.
Biji kopi yang berkualitas adalah biji kopi yang dipanen saat biji kopi sudah berwarna merah. Di sinilah asisten tanaman bertanggungjawab untuk tetap menjaga kualitas biji kopi dengan jumlah produksi yang lebih besar lagi.
Setelah ditandai acara penyerahan biji kopi wedok dan kopi lanang, ritual dilanjutkan dengan memasukkan biji-biji kopi tadi ke mesin penggilingan. Saat itulah penari gandrung dengan iringan musiknya yang rancak menuju ruangan sortasi.
Di ruangan ini tiga penari paju gandrung (tradisional) manari tiada henti. Sebagai kelengkapannya, pihak kebun menyiapkan beberapa sesaji, di antaranya kepala sapi lengkap dengan “ugo rampenya” (perlengkapan sesaji). Setelah itu, para undangan dan seluruh keluarga besar kebun kembali berkumpul di aula untuk menikmati sajian makanan berupa bubur merah, polo pendem, dan nasi tumpeng. Tidak lupa ayam engkung, yakni ayam kampung utuh yang disajikan setelah diberi rempah- rempah.
Sebelum acara makan bersama dimulai, kegiatan ditutup terlebih dahulu dengan doa bersama yang dipimpin pemuka masyarakat setempat. Kegiatan pentas penari gandrung tradisonal akan dilanjutkan lagi pada malam harinya, selama semalam suntuk.
Menurut Sigit Prakoso, Manajer PTPN XII, ritual manten kopi di Kebun Kali Selogiri sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Selain sebagai ungkapan rasa syukur dengan tibanya musim panen kopi, ritual tersebut juga dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahim sesama keluarga kebun.
- Sebutan Kota Kopi atau The City of Coffee ini jika dimasyarakatkan, akan menjadi sebutan pertama dan satu-satunya bagi kota di Indonesia. Sesuai dengan Wikipedia Indonesia, belum ada satu pun kota di Indonesia yang mempunyai julukan atau sebutan sebagai Kota Kopi. Sebagai Kota Kopi, Banyuwangi punya slogan "Sekali Seduh, Kita Bersaudara." Ini menunjukkan bahwa kehangatan secangkir kopi mampu menjadi perekat kebersamaan, meskipun satu sama lain tidak saling mengenal sebelumnya.
Dengan sekilas paparan di atas, maka cukup beralasan bila masyarakat Banyuwangi mengklaim daerahnya sebagai KOTA KOPI. Dalam artian sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbanyak di Indonesia, dan mempunyai kualitas kopi internasional, masyarakatnya memiliki kebiasaan minum kopi, dan Banyuwangi juga memiliki salah satu tester dan juri Kopi internasional yang mumpuni, yaitu Setiawan Subekti.
Banyuwangi Kota Festival
Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk BANYUWANGI FESTIVAL. Di kota lain juga punya acara festival. Tapi Festival Banyuwangi berbeda. Karena berlangsung selama 4 bulan berturut-turut, dengan tema dan segmen beragam.
Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, etnik budaya, fashion, sport tourism sampai religi.
Dalam Banyuwangi Festival berbagai ragam acara disajikan sebagai bentuk etalase besar dari potensi wisata dan kekayaan budaya Banyuwangi yang beragam, lengkap dengan kehidupan sosial-budaya masyarakatnya yang terbuka, egaliter, dan mempunyai jiwa seni yang kuat. Sedikitnya ada 8 acara festival yang diadakan di Banyuwangi dalam satu tahun. Diantaranya Banyuwangi Ethno Carnival, Festival Batik, Festival Anak Yatim, Festival Jazz, Festival Kemiren, Festival Pemuda, Festival Kuliner, dan Festival Kuwung.
Sehingga tidak salah jika Banyuwangi disebut sebagai satu-satunya kota yang mempunyai agenda festival terbanyak di Indonesia. Banyuwangi adalah Kota Festival sesungguhnya.
Dan akhirnya, dengan adanya berbagai sebutan atau julukan untuk kota Banyuwangi, maka dapat dikatakan Banyuwangi layak mendapat predikat sebagai Kota dengan Sebutan Terbanyak di Indonesia dan mungkin juga dunia.
Fenomena Blue Fire di Gunung Ijen Banywuangi
yap Fenomena Blue Fire di Gunung ijen Banyuwangiu. Memang sangatlah jarang fenoma ini terjadi. ya karna kota Banywuangi adalah kota yang sitimewa jadi ada nih fenomena begini heheheh!!!!
tapi gak setiap waktu kita bisa melihatnya guys. Hanya pada jam-jam tertentu kita bisa melihatnya yaitu sekitar jam 00.01 sampai 03.15 guys. Jadi jika kita ingin melihatnya maka kita harus menginap di sana guys. Jangan khawatir dimana kita menginap. Karna di sana di sediakan beberapa penginapan dan lapangan untuk berkemah atau mendirikan tenda guys. Ticket masuk nya juga murah koq. Jadi jangan khawatir kantong jebol guys heheheh !!!!!
Kawah Ijen terletak di puncak Gunung Ijen yang merupakan salah satu dari rangkaian gunung berapi di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru, dan Merapi. Gunung Ijen terletak di sebelah timur Gunung Merapi (di Jawa Timur juga terdapat gunung yang memiliki nama yang sama dengan gunung di Jawa Tengah yaitu Gunung Merapi). Kawasan Wisata Kawah Ijen atau Cagar Alam Taman Wisata Ijen terletak di wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.
Kawah Ijen terletak di ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut. Yang menarik adalah kawah ini terletak di tengah kaldera yang terluas di Pulau Jawa. Ukuran kaldera sekitar 20 kilometer. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter dengan kedalaman 200 meter. Kawah ini terletak di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding kaldera.
Mengapa Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia? Tahukah Anda berapa derajat keasaman (pH) dari kawah ini? Kawah ini memiliki tingkat keasaman yang sangat tinggi yaitu mendekati nol sehingga bisa melarutkan tubuh manusia dengan cepat. Selain itu, suhu kawah yang mencapai 200 derajat celcius menambah takjub akan kawah yang sangat besar ini. Namun, dibalik angka-angka yang membuat rasa takut tersebut, ternyata kawah ini menyajikan pesona keindahan yang juga menakjubkan. Keindahan apa saja yang bisa Anda dapatkan di Kawah Ijen?
Pesona Keindahan Kawah Ijen
Kawah Ijen dari atas Gunung Ijen terlihat sangat indah. Kawah ini merupakan danau yang besar berwarna hijau kebiruan dengan kabut dan asap belerang yang sangat memesona. Selain itu, udara dingin dengan suhu 10 derajat celcius, bahkan bisa mencapai suhu 2 derajat celcius, akan menambah sensasi tersendiri. Berbagai tanaman yang hanya ada di dataran tinggi juga dapat Anda temukan, seperti Bunga Edelweis dan Cemara Gunung.Saat pagi hari, ketika matahari mulai menyinari kawasan Kawah Ijen, pemandangan yang indah dapat Anda nikmati. Kawah Ijen yang berwarna hijau kebiruan akan ditambah cahaya matahari yang berwarna keemasan memantul di kawah tersebut. Pemandangan menakjubkan juga dapat Anda peroleh dengan menyaksikan pesona keindahan Gunung Merapi yang berdekatan. Gunung Merapi memiliki kemiripan bentuk dengan Gunung Ijen. Saat yang paling tepat untuk menyaksikan keindahan Ijen adalah pada pagi hari.
Untuk menuju Kawah Ijen, Anda harus menyusuri jalan setapak menyusuri tebing kaldera. Jangan lupa membawa penutup hidup karena kadang asap belerang tertiup angin melewati jalur tersebut. Anda juga dapat mengelilingi kaldera di kawasan ini yang memakan waktu mencapai 8 hingga 10 jam berjalan kaki.
Penambang Belerang Tradisional
Salah satu yang menjadi perhatian pengunjung di kawasan Kawah Ijen adalah adanya penambang belerang tradisional. Mereka dengan berani mendekati danau untuk menggali belerang dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan keranjang.Para penambang belerang ini mengambil belerang dari dasar kawah. Di sini asap cukup tebal, namun dengan peralatan penutup hidung sekadarnya seperti sarung, mereka tetap mencari lelehan belerang. Lelehan belerang didapat dari pipa yang menuju sumber gas vulkanik yang mengandung sulfur. Gas ini dialirkan melalui pipa lalu keluar dalam bentuk lelehan belerang berwarna merah. Setelah membeku belerang berwarna kuning.
Setelah belerang dipotong, para penambang akan memikulnya melalui jalan setapak. Beban yang dipikul cukup berat antara 80 hingga 100 kg. Para penambang sudah terbiasa memikul beban yang berat ini sambil menyusuri jalan setapak di tebing kaldera menuruni gunung sejauh 3 kilometer
Kawah Ijen
Kawah Ijen merupakan salah satu pesona keindahan alam Indonesia. Banyak turis mancanegara dan turis lokal mengunjungi kawasan Ijen untuk menyaksikan pesona keindahan alam dan keunikan penambang belerang secara tradisional di Kawah Ijen. Anda tertarik untuk mengunjunginya pada liburan kali ini?Jika kalian ingin mendaki setidaknya bertanyalah kepada petugas apa saja larangan-larangan yang ada di sana guys. Agar kalian smua selamat dan tidak terjadi apa-apa ^_^
Teluk Hijau Banyuwangi
Pulau Merah Banyuwangi
Pantai Watu Dodol Banywuangi
Pantai Boom Banywuangi
juga diambil dari sumber http://banyuwangiapik.blogspot.com/2014/08/sebutan-atau-julukan-kota-banyuwangi.html
Sekian dulu guys. jika gue ada waktu gue bkal postingin lagi ya ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar